My Hope [You're Here]

 

Memiliki harapan, namun tidak bisa ku lakukan.

Melihat sesuatu yang tidak bisa di lihat oleh orang lain, suatu kebahagiaan dan juga kesedihan bagi Aria. Ada apa dengan Sahabatnya, sesuatu yang dia pikir tidak mungkin kini sudah menjadi mungkin.

-

Aku berdiri menatapnya, sebuah halusinasi yang menyesakkan dada. Kenapa Aku bisa melihatnya, sedangkan mereka tidak bisa.

Aku merasa ini tidak adil, Aku merasa senang, namun juga membuatku sadar. Jika dia hanya halusinasiku.

...

Aria Gaiovany, Gadis yang selalu berhalusinasi jika ia dapat melihat seorang yang sudah tiada. Entah itu benar-benar halusinasi, ataupun nyata, Aria tidak bisa membedakannya.

"Ria, cepatlah!"

Gadis berkulit putih tersebut tersentak, memandang penampilan berantakan milik sahabatnya tersebut.

"Tim, lihatlah penampilanmu itu!"ucap Aria mencoba merapikan baju Timmi.

"Ayolah Ria, Mereka tidak akan protes hanya karena ini"balas Timmi dengan tatapan malasnya.

"Timmi, Kau sudah besar, tidakkah Kau berpikir sedikit untuk penampilanmu?"tanya Aria.

"Aku hanya tidak ingin terlalu memikirkan penampilanku!"balas Timmi dengan penekanan pada beberapa kata.

"Baik sudah selesai, Ayo berangkat!"ucap Aria dengan wajah semangatnya.

"Tunggu, di mana R-"

"Tidak ada"

Timmi menggelengkan kepalanya, lalu menarik tangan Aria yang sedang berfikir apa yang ingin ia katakan sebelumnya. Dengan tatapan kosong, Aria memandang tubuh tinggi di depannya.

"Ray ada di sampingku."ucap Aria.

Timmi tiba-tiba berhenti, menatap diam pada Aria.

"Maaf, Aku tidak berniat mengingatkannya-"

"Ray ada di sini, Aku bisa melihatnya,"Aria menatap ke suatu arah sambil memotong perkataan Timmi.

"Di sana tidak ada siapa-siapa, Ria!"ucap Timmi.

"Lihat, dia melambaikan tangannya pada kita!"balas Aria menunjuk ke suatu arah.

"Apa dia arwah Ray?"tanya Timmi.

"Aku tidak tahu, mungkin saja,"jawab Aria.

"Apa Kau benar-benar tidak bisa melihat Ray?"tanya Aria.

"Sepertinya Aku harus membawamu ke Psikiater,"ucap Timmi.

Plak

"Kau pikir mentalku tidak baik?!"balas Aria dengan tatapan kesal setelah memukul rahang kiri Timmi.

"Entahlah, Kau sepertinya sering berhalusinasi tentang Ray akhir-akhir ini,"jawab Timmi mengusap rahangnya pelan.

"Aku tidak berhalusinasi, Ray memang selalu muncul di sekitar Kita!"ucap Aria berjalan mendahului langkah Timmi.

"Memangnya Ray punya hutang apa padamu?"tanya Timmi dengan wajah acuh tak acuh.

" Bodoh, tentu saja tidak ada!"jawab Aria semakin terlihat kesal.

"Aria, Timmi!!"

Percakapan Aria dan Timmi terhenti pada saat itu, dua gadis dan satu pria terlihat menunggu mereka. 

"Halo, Jian, Fara!"ucap Aria.

"Halo, Aria"

"Bagaimana kabarmu?"tanya Jian.

"Ya begitulah"jawab Aria lesu.

"Apa-apaan ini?"tanya Gio menatap Timmi dengan menahan tawanya.

"Apa Aria yang melakukannya?"tanya Fara tertawa pelan.

"Sudah ku bilang, ini tidak cocok untukku!"kesal Timmi.

Aria hanya tersenyum puas memandangi penampilan Timmi yang terlampau rapi dari biasanya, Pemuda itu hanya diam dengan wajah kesal tanpa niat merusak penampilan yang di buat Aria.

"Aria, Kau tahu?"tanya Jian dengan wajah misterius.

"Ada apa?"Aria bertanya balik dengan tatapan jahil.

"Fara sudah memiliki kekasih!"bisik Jian.

"JIAN!!"

Pekikan Fara terdengar sangat kesal, ia menarik-narik lengan baju milik Jian agar menutup mulut embernya.

"Benarkah, siapa namanya?"tanya Aria tersenyum lebar.

"Dasar perempuan"gumam Timmi.

"Tim, ada apa denganmu?"tanya Gio.

"Aku hanya memikirkan sesuatu"jawab Tim.

"Mau bermain bersama?"tanya Gio.

"Tidak dulu,"jawab Timmi.

Timmi terlihat lesu, dia menelungkupkan kepalanya ke atas meja. Gio menatap heran sambil menggedikkan bahunya acuh, seseorang menatapnya kecewa di samping itu.

"Tim, apa Kau tidak enak badan?"tanya Aria menempelkan punggung tangannya pada dahi Timmi.

"Tidak"jawab Timmi.

"Bohong, Ray bilang Kau sedang tidak enak badan!"balas Aria.

"Ray memberi tahumu?"tanya Timmi.

"Ya"jawab Aria.

"Aku tahu Kau meragukannya"batin Aria.

Aria tersenyum pada Pria di sampingnya, Ray sedang berdiri membalas senyumannya dengan hangat.

"Hei guys, Aku dan Timmi pulang duluan!"ucap Aria.

"Baiklah, hati-hati di jalan"

"Ya, Terimakasih!"

"Aku sehat, Ria!"ucap Timmi.

Tak

"Kenapa Kau terus keras kepala?!"balas Aria kesal.

"Ray, Kau benar-benar Ray?"tanya Aria tiba-tiba.

"Ya"

"Kenapa hanya Aku yang bisa melihatmu?"tanya Aria.

"Aku tidak tahu, tapi itu sudah membuatku senang"jawab Ray.

Jari-jari lentiknya hampir menyentuh wajah Aria, namun tidak terasa maupun nampak tersentuh.

"Aria?!"ucap Timmi.

"Lihat, Ray di depanmu!"ucap Aria.

"Di depanku tidak ada siapa-siapa, Ria!"balas Timmi.

"Ada, hanya Aku yang melihat Ray"ucap Aria dengan tatapan tegas.

"Benarkah?"tanya Timmi.

"Aku bahagia, Aku senang bisa melihatmu lagi!"ucap Aria.

"Aku juga"balas Ray tersenyum.

"Tim, ayo pulang."ucap Aria.

"Sudah selesai?"tanya Timmi.

"Sudah"jawab Aria.

"Ini masih jam 10, kau mau jalan-jalan?"tanya Timmi.

"Kemana?"

Timmi tersenyum, dia menarik tangan Aria untuk berlari pelan. Aria yang bingung hanya diam, dia menatap Pria yang ia cintai juga ikut berlari di sampingnya.

"Apa kau bahagia?"tanya Ray.

"Ya Aku bahagia!"jawab Aria pelan.

"Woaah....kapan ada pemandangan sebagus ini di sini?!"tanya Aria.

"Ray dan Aku yang menemukannya."jawab Timmi.

"Sejak kapan?"tanya Aria.

Timmi duduk di rumput hijau itu, ia menatap ke arah padang rumput luas dengan bunga-bunga kecil berwarna-warni.

"Apa kalian punya hubungan di belakangku?"tanya Timmi.

"Hah, apa?"tanya Aria balik.

"Aku tahu Kau dan Ray berpacaran, bukankah begitu?"tanya Timmi.

"Tim, Aku bisa jelaskan hal itu"

"Ssstt...Aku sudah mengetahuinya"ucap Timmi santai.

"Maafkan Aku!"ucap Aria.

"Untuk apa?"tanya Timmi.

"Ha?"

"Untuk apa Kau meminta maaf?"

"A-a karena Aku dan Ray merahasiakannya darimu!"jawab Aria.

Timmi terdiam, sangat sulit untuk menahan perasaan untuk sahabatnya sendiri. Timmi dan Ray menyukai Gadis yang sama, namun Timmi mengalah karena ia tahu Aria menyukai Ray, bukan dirinya.

"Aku sudah mengetahuinya, kalian saling mencintai"ucap Timmi.

"Tim!"

"Aku bodoh, padahal aku melihatnya tidak bernafas di depanku"ucap Timmi.

"Apa maksudmu?!"tanya Aria.

"Ini salahku, Aku yang membuat Ray pergi"ucap Timmi.

Aria langsung berdiri, dia menatap Pria di depannya dengan tatapan bingung dan penasaran bercampur takut.

"Maafkan Aku dan maafkan Ryan"ucap Timmi.

"Apa maksudmu, Tim?!"tanya Aria.

"Ryan mengetahui perasaanku, Kau pasti tahu jika Ryan tidak menyukai Ray"jawab Timmi.

"A-aku tidak-"

"Ryan adalah Kakak tertuaku, Aku mencintaimu, dia membunuh Ray,"

"Di depanku!"

Suara Timmi semakin meninggi, dengan wajah tertunduk perlahan-lahan airmatanya menetes.

"Tim..."

"A-aku"

Aria sudah tidak bisa berkata-kata, Ada rasa sakit dan juga kecewa menghampiri dadanya.

"Mereka membuat pengalihan agar Kau tidak membenciku, tapi Aku membenci diriku sendiri"

"Aku takut!"

"Aku tidak ingin kehilangan lagi,"

"Kau bilang bisa melihat Ray,"

"Aku sungguh sangat takut!"

"Aku tidak ingin Ray pergi, tapi Ryan..."

"Aku mencintaimu, Aria!"

"Timmi"

"Ryan sudah di penjara, dia yang membuat Ray tertabrak saat itu!"

"Maafkan aku, jika saja Aku-"

"TIM!"

"Ray sudah tiada, berhentilah menyalahkan dirimu sendiri"ucap Aria.

"Aku benar-benar minta maaf, Aku mencintaimu tapi Aku ingin kau bahagia"balas Timmi.

"Terima kasih, Tim"

"Ray, Kau mendengarnya?"

"Ya, Aku mendengarnya"

"Dia mencintaimu, Aria"

"Selamat tinggal"

"Ya, Selamat tinggal"





Posting Komentar

Login