Be Careful On The Road And Welcome



Yudha Acaira, itu namaku. Saat itu aku melihatnya, berada tidak jauh dari pandanganku.


Aku bertanya."Apa kau tersesat?"

Dia menoleh dengan tatapan waspada, hidungnya yang merah menjadi kode untukku jika dia sedang kedinginan.

"Apa kau kedinginan?"Aku bertanya lagi, mendekat padanya.

...


"Terima kasih, Yudha."

"Sama-sama, Pak"

Aku memandang tumpukan kertas yang berada di tanganku, rencana mengerjakannya di sekolah sudah ku putuskan. 

Lagipula tidak ada yang menungguku di rumah, itulah yang ku pikirkan.

"Yudha, apa kau langsung pulang?"gadis dengan nametag Hana itu bertanya padaku yang berada di sampingnya.

"Tidak, aku akan mengerjakan tugas OSIS sebentar, kau bisa pulang terlebih dahulu."jawabku.

"Wuuuuu...baiklah, aku duluan Yudha!"ucap Hana berlari dengan tangan yang melambai ke arahku.

"Hati-hati, di sampingmu!"

Hana memang menyukai sesuatu berbau horor, Aku hanya harus memaklumi kelakuannya yang sering menakuti tersebut.

"Sepertinya aku harus membawanya ke dokter."ucapku pelan.

Aku
mengerjakan apa yang harus ku kerjakan sebagai ketua OSIS, memang
melelahkan, tapi ini adalah tanggung jawab yang sudah ku terima sejak
awal.

"Ah sudah jam segini?!"

Aku terkejut, hari sudah gelap, aku tidak menyadari sudah berapa lama aku berada di sini.

"Aku harus pulang, lagipula Sekolah akan di tutup sebentar lagi!"ucapku merinding.

Aku
bergegas membereskan pekerjaanku, tidak lucu jika aku harus tidur di
sekolah yang kosong ini. Dengan sedikit berlari aku keluar dari sekolah,
aku berpapasan dengan penjaga yang akan menutup sekolah.

"Yudha, kau lupa waktu lagi?"tanyanya.

Yaaah
aku hanya tersenyum lalu berkata. "Saya sedang menyelesaikan pekerjaan
di ruang OSIS, sampai tidak sadar jika sudah gelap,"

"Saya akan berhati-hati lain kali."sambungku.

"Lain kali katakan padaku, agar aku menemanimu."balasnya.

"Apa Hana menularkan hal-hal seperti itu pada Anda?"tanyaku.

"Haha....anak itu memang sangat antusias jika menceritakan tentang hantu-hantunya."jawabnya.

"Baiklah, Saya pulang dulu...Sampai Jumpa, Pak"ucapku.

"Sampai jumpa, Yudha"balasnya.

Aku
melangkah pelan melewati jalan sepi penuh lampu, kadang aku berpikir
untuk tidak pulang ke rumah kecilku. Aku tidak mengharapkan mereka
kembali, tapi aku menginginkan sambutan di saat ku ucapkan kalimat "Aku
pulang".

Aku tersentak, apa penglihatanku mulai
memburuk. Aku sedikit mendekat pada kursi di depanku, memandang sesuatu
yang meringkuk di sampingnya.

"Hei, apa kau tersesat?"Aku menanyakannya.

Badan yang bergerak terkejut, tatapan waspadanya terarah padaku.

"Tenanglah, aku tidak akan menyakitimu."

Aku
bodoh, siapa yang percaya dengan kalimat yang buram seperti itu. Aku
memandang wajahnya lebih dekat, baju berantakan dan hidungnya yang
merah, dia kedinginan.

Kebetulan diriku menggunakan jaket yang lumayan tebal, ku berikan padanya untuk ia pakai.

"Gunakan ini, jika tidak kau bisa sakit."ucapku.

"Terima kasih!"cicitnya pelan.

Aku tersenyum mendengarnya, memandang ke arah jam tanganku yang menunjukkan jam 7 malam.

"Di mana rumahmu?"tanyaku.

"Mereka mengusirku."

Ia
menjawab dengan wajah sedih, aku merasa marah pada keluarganya. Entah
apa yang mereka pikirkan, aku bisa memperkirakan jika dia berumur
sekitar 13 tahun.

"Apa kau tidak memiliki keluarga di sekitar sini?" Aku kembali bertanya.

"Aku tinggal di Kota A."

"Apa?! Itu lumayan jauh, lagipula ini sudah malam,"

Aku diam sejenak, apa Aku harus membawanya ke rumahku saja atau ke kantor polisi.

"Aku punya rumah dan tinggal sendirian, jika Kau ingin kau bisa tinggal di rumahku,"

"Tapi, jika kau ingin aku akan mengantarmu ke kantor polisi!"tambahku cepat.

"Apa kau ingin aku mengantarmu ke kantor polisi?"tanyaku ketika belum mendapat jawaban.

"Aku ingin ikut dengan, Kakak!"

"Apa tidak apa-apa?"tanyaku.

Membawa gadis kecil di malam hari, dia merasa akan di pandang seperti penculik anak kecil.

"Bisa saja aku menculikmu jika kau menerima tawaran orang asing."

Ia terdiam tak bergeming, Aku pun ikut diam menunggu jawaban darinya.

"Aku ingin bersamamu saja!"dia berlari memelukku.

"E-eh, baiklah kalau begitu,"

"Siapa namamu?"tanyaku.

"Rasi"jawaban yang sangat singkat namun sangat bermakna.

"Namaku Yudha, Yudha Acaira."

Aku memperkenalkan diriku padanya, tapi dia tetap memanggilku Kakak, yah aku tidak masalah.

"Rumahku agak berantakan, kau tidak apa?"tanyaku.

Rasi
menggelengkan kepalanya, Aku merasa kurang enak akan hal itu. Karena
aku lebih sering berdiam di sekolah, rumah hanya untuk aku pulang dan
tidur.

Ceklek

"Silahkan masuk,"

"Setelah itu kau bersihkan dirimu, aku akan mencarikan handuk dan pakaian."ucapku.

Aku tidak memiliki banyak baju, jadi kuputuskan untuk meminjamkan kaos hitamku yang paling kecil pada Rasi.

"Ini, aku akan menunggu di sini."

"Terima kasih!"balasnya.

Sambil
menunggu aku memeriksa pekerjaanku lagi, setumpuk kertas yang sering
menemaniku dan membujukku untuk berada di sekolah lebih lama.

"Sudah selesai?"pintu yang terdengar di buka spontan membuat diriku bertanya.

"Ya"

"Kalau begitu Aku akan membersihkan diriku dahulu."

Aku bangkit setelah mengatakannya, berjalan menuju kamar mandi dengan baju di tanganku.

"Apa yang harus kulakukan padanya?"

"Apa Aku mengadopsinya saja?"

"Tapi aku masih SMA!"

"Mungkin bisa."

"Bagaimana caraku membiayainya?"

"Aaaaah...sudahlah, besok saja!"

Aku
keluar dari kamar mandi, ku lihat Rasi sudah tertidur di atas sofa. Ku
ambil ponselku, mencari diantara kontak-kontak di ponselku dan
menekannya.

"Halo"

"Ada apa, Yudha?"

"Bisakah kau ke rumahku sebentar?"Aku berkata sambil berjalan menuju pintu.

"Hei, kau gila?!"

"Datang saja, aku butuh bantuanmu sekarang!"balasku memegang kepalaku.

"Enyahlah, aku sedang malas!"

"Padahal rumahmu berada di samping rumahku!!"ucapku kesal.

Ceklek

"ADA APA SIH?"

"Diamlah, dan ke sini!"jawabku.

Gadis
dengan pakaian santai tersebut berjalan ke arahku, dengan wajah
kesalnya ia berdiri di depanku menuntut jawaban. Dia adalah Lisa, bisa
di bilang kami sudah berteman sejak kecil.

"Masuklah."ucapku.

"E-eeeeh...siapa dia?!"

"Diamlah, Rasi sedang tidur!"ucapku.

"R_Rasi?"tanyanya.

"Aku menemukannya di dekat kursi jalan, dia berasal dari Kota A."

"Ha?! Kau bilang Kota A?!"

Aku membekap mulutnya yang selalu saja mengeluarkan suara nyaring itu, setelah dia diam Aku lalu melepaskan tanganku.

"Tega sekali, jadi apa rencanamu?"tanya Lisa.

"Mengadopsinya?"tanyaku.

Puk

"Kau benar-benar gila? Kau masih SMA, Yudha!"Lisa berkata setelah memukul lenganku.

"Lalu?"tanyaku.

"Lagipula dia tidak ingin ke kantor polisi."

Aku dan Lisa terdiam, dengan memandang wajah Rasi yang sedang terlelap dalam tidurnya.

"Aku tidak bisa berpikir lagi,"ucap Lisa.

"Aku akan tidur di rumahmu, agar tidak ada yang berpikir negatif terhadapmu."

Lisa duduk di Sofa sambil memainkan ponselnya, Aku hanya dia berdiri memandang Lisa.

"Aku akan memindahkan Rasi ke kasur, kalian bisa tidur di sana, biar aku di Sofa."ucapku sambil mengangkat tubuh Rasi ke kasur.

"Benar-benar Pria sejati."

Aku
mendengar Lisa bergumam pelan, namun memilih diam seolah tidak
mendengarnya. Lisa adalah teman kecilku, dia bersekolah di SMA yang
berbeda denganku. 

"Lisa, aku ke belakang sebentar"

Aku pikir membuat makan malam untuk bertiga adalah hal yang bagus, dan juga Rasi langsung tidur setelah mandi.

"Sepertinya aku harus beli bahan makanan besok."gumamku.

Aku
tidak bekerja, uang milikku kini sudah semakin menipis. Sepertinya aku
harus mencari pekerjaan paruh waktu, jika Rasi tinggal di rumahku maka
aku harus memiliki uang lebih untuk biaya hidupnya.

"Apa Rasi masih tidur?"tanyaku.

"Ya, apa kau ingin membangunkannya?"Lisa bertanya balik.

"Hm, dia harus makan."jawabku.

"Kau tunggu di sini, biar aku yang membangunkannya!"ucap Lisa.

"Baiklah"

Tak berselang lama Lisa datang bersama Rasi, jika di perhatikan mereka terlihat cepat saling menyesuaikan diri.

"Aku hanya punya telur dan ikan kaleng."ucapku.

"Selalu saja, sudah kubilang jika membutuhkan bahan makanan kau bisa cari ke rumahku!"ucap Lisa.

"Itu akan merepotkanmu."balasku.

"Lagipula, Ibu sudah bilang padamu kan!"ucap Lisa.

"Rasi, apa kau menyukainya?"tanya Lisa.

"Ini enak, terima kasih!"ucap Rasi.

"Syukurlah, besok aku akan membawakan bahan makanan ke rumah ini."balas Lisa.

"Tidak usah, biar aku yang membelinya besok!"balasku cepat.

Aku sudah banyak merepotkan keluarga Lisa, karena itu aku harus mencari pekerjaan paruh waktu.

"Memangnya kau punya uang?"tanya Lisa.

"Aku masih punya!"jawabku.

"Baiklah jika kau keras kepala seperti ini."ucapnya.

Tiba-tiba suasana menjadi hening, Lisa terlihat ingin bertanya namun enggan melakukannya.

"Rasi, mengapa kau di usir?"

Aku terdengar kurang ajar bertanya seperti itu, namun Aku juga harus mendapat jawaban darinya akan hal itu.

"Ibu dan Ayahku tidak menginginkanku, Ibuku sudah tiada dan hanya ada Ibu tiriku."jawab Rasi.

"Ah... masalah dengan Ibu tiri."gumamku.

"Baiklah, kau bisa tidur setelah ini!"ucapku tersenyum padanya.

"Aku akan mencuci piring dahulu"ucap Lisa.

"Tidak usah, biar aku saja, Kau bisa temani Rasi tidur."balasku.

"Tapi-"

"Lisa, biar aku saja!"

Aku memotong perkataannya itu, sambil mendorong Lisa menjauh untuk mendekat ke arah kamar yang Rasi tempati.

"Yudha, berhentilah bersikap kekanakan!"ucap Lisa kesal.

"Padahal di sini kau yang kekanakan."balasku mengejek.

"Yudha!!"

"Sudahlah, aku ke belakang!"ucapku melangkah cepat meninggalkan Lisa.

Tanpa kusadari jika Aku belum bisa tidur, Kubuka ponsel milikku yang sudah menampilkan jam 11 malam.

Ceklek

"Yudha? Kau belum tidur?"

"Ah Lisa, aku sedang melihat-lihat pekerjaan sekolahku."bohongku.

Lisa tidak membalas, gadis itu berlalu ke dapur dan kembali dengan segelas air putih.

"Kau terbangun? Apa Aku berisik?"tanyaku.

"Tidak, Aku hanya terbangun karena haus."jawab Lisa.

Suasana canggung menghampiri, Aku tidak tahu apa yang harus ku bahas dengan Lisa.

"Kau tidak bisa tidur, Aku akan menidurkanmu."ucap Lisa.

Dia duduk di samping kepalaku, mengusap pelan rambutku. Pemandangan aneh yang mengerikan, hanya bagiku.

"Kupastikan kekasihmu akan membunuhku jika mengetahui ini"gumamku.

"Siapa peduli akan hal itu?"tanya Lisa.

"Sungguh?"Aku balik bertanya.

"Ya, Aku berkata sungguh,"balas Lisa.

"Tidurlah, besok Rasi Aku yang akan menjaganya."

"Terima kasih, Lisa!"

"Kau tidak perlu mengatakannya,"

"Aku mencintaimu"

"Lisa?"

"Tidurlah!"

Aku terlelap, Lisa sangat mirip dengan Ibunya yang dulu memangku diriku di saat tidak bisa tidur.

"Selamat pagi!"

"YUDHA, HARI INI KAU SEKOLAH!!"

"Jangan berteriak, Lisa!"balasku.

Aku
menyiapkan pekerjaan-pekerjaan yang harus ku serahkan hari ini ke
sekolah, Lisa sudah duluan pulang ke rumahnya dan kembali ke rumahku
lagi.

"Rasi, Aku harus ke sekolah, hari ini Lisa akan menemanimu."ucapku.

"Kakak, aku akan baik-baik saja!"balas Rasi semangat.

"Anak baik, aku akan segera kembali nanti."ucapku.

"Ya, semoga lancar!"balas Rasi.

"Aku berangkat!"

"Hati-hati di jalan!"

Itulah kalimat yang kuinginkan, Aku tersenyum memulai langkahku untuk awal lembaran baru.

"Yudha, apa tugas yang kuberikan sudah selesai?"

"Sudah, Pak."

Aku menyerahkan semua pekerjaanku, hari ini berjalan sangat lancar.

"Hana, bisakah kau kerjakan sisanya?"tanyaku.

"Apa kau sedang terdesak?"tanya Hana.

"Ya, Adikku sedang menunggu di rumah,"

"Sampai jumpa dan terima kasih!"

"Ya, sampai jumpa!"balas Hana.

"Eh? Adik?"

"YUDHA, SEJAK KAPAN KAU PUNYA ADIK?!"

Teriakan Hana terdengar hingga telingaku, Aku hanya terkekeh melihat wajah kesalnya yang berdiri di depan pintu ruang OSIS.

"Aku pulang!"

"Selamat datang, Kakak."

"Ya, terima kasih,"

"Lihat, Aku membeli bahan makanan hari ini!"ucapku.

"Apa Kakak akan memasak?"tanya Rasi.

"Tentu saja!"balasku.

"Yudha, kau sudah pulang?"

"Lisa, kau masih di sini?"tanyaku.

"Tentu, Aku kan menjaga Rasi"jawabnya.

"Terima kasih!"





Posting Komentar

Login