Toxic Positivity: Why can a positive word be toxic?



Secara sederhana Toxic berarti racun. Jika diterjemahkan ke dalam hubungan antar manusia, Toxic berarti hubungan yang tidak sehat dengan dirinya sendiri. Kenapa kata positif bisa menjadi racun? Seperti yang kita tahu bahwa segala sesuatu yang berlebihan tidak baik. Toxic Positivity adalah kondisi seseorang terobsesi berpikir positif disegala situasi sehingga ia tidak dapat berpikir jernih.

Toxic positivity bisa terjadi ke siapa saja dan di sebabkan oleh siapa saja. Bisa jadi karena diri sendiri yang selalu mencekoki diri dengan afirmasi positif, bisa jadi teman atau bahkan keluarga yang sering berkata demikian. Akibat dari berlebihan menggunakan pikiran positif dan mengesampingkan emosional mengakibatkan ketidaksinkronan kerja otak dalam merangsang perasaan kita. Akhirnya orang yang mengalami kondisi ini seringkali mati rasa, karena dipaksa merasakan positif terus menerus. Padahal positif dan negatif adalah saudara dekat, siklus alamiah, tidak ada yang mengalami positif terus menerus tanpa mengalami ke negatif-an pun sebaliknya. Semua terjadi secara bergantian mewarnai hidup kita dengan unik dan bersifat sementara. Buat apa kita terganggu dengan sesuatu yang sementara? Toh ia datang dan pergi, muncul-lenyap muncul-lenyap. Seharusnya kita menikmati setiap kemunculannya, seringkali yang mengakibatkan perasaan sedih menjadi berlarut-larut adalah harapan. Anda berharap bahwa di depan akan ada senang yang menggeser sedih, padahal jika anda mau menyadarinya kesedihan itu akan pergi dengan sendirinya.

Analoginya seperti rumah dan maling. Rumah sebagai diri anda dan maling sebagai perasaan anda. Maling akan masuk dan menguasai rumah anda ketika apa? Ya, betul. Maling akan menguasai rumah anda ketika anda tidak sadar jika rumah anda di bobol maling. 

Coba bayangkan jika maling ketahuan sebelum masuk rumah, apakah maling itu akan tetap masuk? atau pergi? Yap, pergi. Maling akan pergi dengan sendirinya jika kita menyadari keberadaannya, begitu pun dengan seluruh emosi yang ada pada diri kita.

Orang marah itu karena ia tak sadar bahwa dirinya sedang marah, sehingga marah menyelimuti dan menguasainya. Orang sedih pun demikian, ia tak sadar sampai-sampai menangis meraung-raung. Coba ingat-ingat kembali, setelah anda marah atau menangis apakah anda pernah berpikir "Aku ngapain sih? ih, ngapain aku nangis?" dan semuanya sudah terlambat. Mungkin teman anda sudah bonyok karena anda tonjok sewaktu marah atau barang-barang kosmetik yang harganya jutaan itu pecah berserakan di lantai ketika anda sedih. 

Perlu anda ketahui bahwa segala bentuk emosi itu adalah seni hidup anda. Anda tidak perlu melawan dan juga tidak perlu terlarut. Anda boleh meluapkan marah ditempatnya, tentu saja luapkan pada hal positif. Semisal anda marah, setelah menyadari marah anda bisa mencangkul, ini lebih produktif daripada menonjok pohon pisang seperti salam dari binjai! Pun dengan perasaan lainnya, anda bisa menempatkan perasaan itu pada hal-hal yang lebih positif.
 
Bukannya tadi kebanyakan kata atau tindakan yang memaksa untuk positif bisa jadi racun? kok ini malah disuruh positif terus juga? Tenang-tenang. Apakah anda tidak melihat perbedaannya? Seperti yang kita bahas di artikel sebelumnya bahwa segala masalah itu kebanyakan berawal dari Incomplete Knowledge atau Pengetahuan yang kurang lengkap.

Anda sekarang sudah memahami bukan? Jika anda sudah tahu bahwa sadar adalah solusi dari mengatasi toxic positivity, anda bisa mengatur perasaan-perasaan demikian untuk hal positif dan produktif. Contohnya saya dulu, ketika mengalami patah hati saya menulis puisi, quote dan beberapa cerita. Pada masa itu saya menulis dengan di iringi tangisan, tetapi ketika saya menyadarinya akhirnya saya putuskan untuk belajar menulis dengan benar. Secara kebetulan saya dihubungi oleh salah satu PJ di suatu komunitas untuk ikut antologi cerpen. Disini saya tertantang untuk ikut andil di dalamnya sampai  akhirnya saya mengirim satu naskah.

Sebenarnya semua kejadian ada hikmah di baliknya, hanya saja kita seringkali mudah tersulut emosi, sumbu pendek. Coba perhatikan orang-orang yang ber ilmu tinggi? mereka cenderung non-reaktif dan menyikapi semuanya dengan tenang. Mereka cenderung membaca situasi dan segala kemungkinan, berbeda dengan kita yang memandang masalah lalu bertanya kenapa? Perbedaan yang signifikan ini seharusnya bisa anda pahami, kita terburu-buru dalam menyimpulkan.

Hanya orang dengan kesadaran tinggi yang bisa menyikapi semuanya dengan tetap tenang. Ia menguasai dirinya sendiri dan mengatur emosi-emosi yang muncul.

Nah itulah penjelasan mengenai kenapa kata positif bisa jadi racun? Kesimpulannya adalah segala hal yang berlebihan tidak baik, termasuk berlebihan mencekoki diri dengan kata atau kalimat positif dengan tidak mengizinkan perasaan lain hadir untuk mewarnai batin anda. Mari biasakan sadar supaya lebih bisa mengatur hidup ini.
Posting Komentar

Login